Kau menyiksaku disini dalam rasa
bersalah yang kini membunuhku secara perlahan
Kau slalu menghindar dari aku yang
slalu mencoba ungkapkan semua lewat tatap mata ini
Ternyata maafmu tak pernah pantas
untukku
Kau anggap aku tak ada dan kau tak
pernah mengenal diriku
Setidaknya diriku pernah berjuang,
meski tak pernah ternilai dimatamu
Setidaknya ku pernah menanti terkapar
melawan sepi hatiku yang tak pernah bisa berhenti mencintaimu
Kau menghukum hati ini, hati yang
dulu kau yakini tak kan pernah kecewakanmu
Kau memutuskan tuk pergi
Belum ku sempat memohon dan mengemis
agar kau tetap disini
Ternyata sedalam itu kau benci diriku
Kau anggapku tak terlihat meski ku
tepat didepan matamu
I’m
too tired, dear.
Kenapa
sebegini sakitnya untuk bahagia dengan kamu, bersanding dengan kamu, bersama
dengan kamu? Atau kamu rasa aku tidak pantas untuk berada disamping kamu? Atau
memang aku benar-benar tidak pantas berada disampig kamu? Bodoh! Ya, aku memang
si bodoh yang selalu mengharapkan kamu yang ternyata tidak pernah bersedia
mencintai aku.
Kamu
mengatakan kamu menyesali aku, bukan? Jika aku perempuan normal pasti aku akan meninggalkan
kamu tanpa berpikir panjang, aku bersumpah. Tapi aku tidak mengerti apa yang
membuat aku tetap bertahan dengan kamu, kamu yang terus menyesali aku. Kamu juga
mengatakan kamu bersedia mendampingiku hanya keterpaksaan belaka bukan? Apa kamu
pikir aku tidak apa-apa dengan kamu berkata seperti itu? Hey, hatiku hancur!
Aku
memang punya masa lalu yang kelam, aku juga menyesali itu. Tapi aku telah
berjanji untuk memperbaiki semuanya melalui kamu. Aku berjanji pada diriku
sendiri untuk selalu menjaga perasaan kamu. Baik jika semua yang aku katakan,
kamu tidak percayai itu. Aku buktikan kalau aku bersungguh-sungguh menyayangi
kamu. Cepat atau lambat, aku yakin kamu pasti akan mengerti.
Aku
tau aku menulis ini tidak akan kuat dijadikan sebagai bukti, karena memang
semua yang aku lakukan hanya sia-sia. Aku tau kamu juga punya masa lalu yang
kelam, tapi aku mohon dengan sangat jangan samakan aku dengan dia, masa lalumu.
Apa memang kamu jadikan aku sebagai dia supaya hatimu puas? Pernah terbesitkah
memikirikan sedikit saja perasaanku? Aku rasa aku tau jawabanmu, tidak.
Kamu
pikir aku tidak apa-apa dengan semua ucapan dan kelakuan kasar kamu? Entahlah,
sudah tak terhitung berapa tetes air mata karena ulahmu itu. Sekali lagi, aku
tidak menyalahkan kamu.
Tapi
asal kamu tau. Aku hampir menyerah atas kamu. Aku sudah berusaha sebisa aku,
untuk menjadi seseorang yang kamu mau. Tapi sekaras apapun, segila apapun yang
aku lakukan tetap saja akan sia-sia. Sepertinya untukmu, semua dari aku akan
selalu kurang. Karena sesungguhnya yang paling kamu inginkan hanyalah aku
hilang bukan? Karena kenyataannya, kamu tidak pernah inginkan aku.
Aku
sadar, kamu membenciku. Entah apa posisiku dimata kamu sekarang. Maaf jika aku
terus menerus dan selalu membuat kamu merasa tidak nyaman karena masa laluku.
Semuanya, aku kembali serahkan kepada kamu. Jujur, aku kecewa sedih marah tapi
aku gak bisa berbuat apa-apa. Yang kamu tau hanya kesalahanku, ya.
Aku
lelah dan hampir menyerah. Aku harap kamu mengerti, aku harap.
Selamat malam,
Tuan keras kepala.